Kamis, 06 Oktober 2016

Sima Swatantra: Anjuk Ladang

Dari berbagai sumber sejarah diketahui bahwa, sekitar tahun 929 M di Nganjuk, tepatnya di Desa Candirejo Kecamatan Loceret, telah terjadi pertempuran hebat antara prajurit Mpu Sendok yang pada waktu itu bergelar Mahamantri I Hino (Panglima Perang) melawan bala tentara Kerajaan Melayu atau Sriwijaya.

Sebelumnya pada setiap pertempuran mulai dari pesisir jawa sebelah barat hingga Jawa Tengah kemenangan senantiasa ada dipihak bala tentara Melayu. Kemudian pada pertempuran selanjutnya di daerah Nganjuk, bala prajurit Mpu Sendok memperoleh kemenangan yang gilang gemilang. Kemenangan ini tidak lain karena Mpu Sendok mendapat dukungan penuh dari desa-desa di sekitarnya. Berkat keberhasilan dalam pertempuran tersebut, Mpu Sendok dinobatkan menjadi raja dengan gelar Sri Maharaja Mpu Sendok Sri Isanawikrama Dharmatunggadewa (929 M).

Kurang lebih delapan tahun kemudian, Mpu Sendok tergugah hatinya untuk mendirikan sebuah Jayastamba (tugu kemenangan) dan Jayamerta (candi). Dan terhadap masyarakat desa sekitarcandi, karena jasa-jasanya dalam membantu pertempuran, oleh Mpu Sendok diberi hadiah sebagai desa perdikan atau desa bebas pajak dengan status Sima Swatantra: Anjuk Ladang. Anjuk berarti tinggi. Secara simbolis berarti mendapat kemenangan yang gilang gemilang. Ladang berarti tanah atau daratan. Sejalan dengan perkembangan zaman, kemudian berkembang menjadi daerah yang lebih luas dan tidak hanya sekedar sebagai sebuah desa.

Sedangkan perubahan kata ANJUK menjadi NGANJUK, karena proses bahasa atau hasil proses perubahan morfologi bahasa yang menjadi ciri khas dan struktural bahasa jawa. Perubahan kata dalam bahasa jawa ini terjadi karena gejala usia tua dan gejala informalisasi, disamping adanya kebiasaan menambah konsonan sengau ‘NG’ (nasalering) pada lingga kata yang diawali dengan suara vokal, yang menunjukan tempat. Hal demikian inilah yang merubah kata ANJUK menjadi NGANJUK.

Berdasarkan penelitian L.C. Damais, angka tahun yang tertera pada Prasasti Candi Lor adalah tanggal 12 Bulan Caitra tahun 859 Caka atau bertepatan dengan tanggal 10 April 937 M. Kalimat yang menunjukan angka tahun tersebut berbunyi: “SWASTI QAKAWARSATITA 859 CAITRAMASA THITI DWADASIKRSNAPAKSA”. Jika diterjemahkan kurang lebih berbunyi: “Selamat Tahun Saka telah berjalan 859 tanhun pertengahan pertama Bulan Caitra tanggal 12”.
Berdasarkan kajian dan analisis sejarah inilah, maka tanggal 10 April 937 disepakati sebagai Hari Jadi Kabupaten Nganjuk, selanjutnya dengan Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Nganjuk Nomer : 495 Tahun 1993 ditetapkan sebagai Hari Jadi Kabupaten Nganjuk.


“Keluarga Cemara” Sinetron Kaya Makna Era 90-an

Harta yang paling berharga, adalah keluarga Istana yang paling indah, adalah…Keluarga   Puisi yang paling bermakna, adalah keluarga ...